Nama:
Anggi Windi Asih
NIM:
F11111023
Kelas:
V A Reguler A
Cerita
Lucu dari Kabupaten Melawi
TRANSKRIPSI
NASKAH
Kesah si Kancil
Kisah
si Kancil
Kisah
si Kancil
Raja
Haji bekebon nanam pelak rambat. Tiba-tiba datang si Kancil makan daon ketelak
rambat si Raja Haji.Turunlah si Raja Haji nak ngamik daon ketelak rambat,
tiba-tiba daon udah dimakan si Kancil.Lalu Raja Haji pulang ke rumah berpiker,
bagaimanalah cara aku tuk membunuh si Kancil, sering makan daon ketelak rambat
aku tuk.
Lalu ia bependapat, ambik
e cangkol, it at ngkelubang dalam-dalam. Nah itulah cara si Raja Haji. Setelah
dipulah ia lubang, lalu atase lubang ditutup pakai ketelak rambat e tadik. Pan
sempat lamok, lalu datanglah si Kancil tadik the ke kebon Sintua Raja Haji,
jadi lalu makan daon ketelak rambat nyak the, lalu tiba-tiba ia pun dah makan
kayak lalu masok ke dalam lubang.
Kotilah
cara aku tuk kata si Kancil kan, a cara aku keluar, kala ndak, dibunuh Raja
Haji aku tuk kata ia. Tapi ia bepiker, lebh baek aku manggel kawan kata ia, pura-pura
makan, jadi nyam nyam nyam kata si Kancil. Datanglah anok ek sikuk gajah, ey
apay makan kau diyak? Aku makan ati tanah kata si Kancil. Oy minta? oy
siket, oy ndak bisa kata ia, kala nak, masu? kitum
kata ia, masu?lah si Gajah ke dalam lubang tadi?.
A kita dua tuk, kata ia, kona? ngkelubang Raja Haji,
kita dua tu? akan dibunuh Raja Haji, tapi kita dua it
at akal, kita dua nimpay sida? lagi?, pura-pura
makan kata.
Nyam nyam nyam nyam
kata sidaɁ dua the, Gajah dengan si Kancil tadiɁ, datanglah anoɁaɁ sikuɁ rusa
datang kiyaɁ. Woy apay pulah kian dua kiyaɁ. Makan ati tanah kata ia. MintaɁ
siket oy kata ia. O ndaɁ bisa, kala na kitum kata ia. Terjon lagiɁ Rusa ke
dalam e.
Kita
tuɁ ngkenaɁ ngkelubang Raja Haji. A nantiɁ kata ia, kala kita tuɁ ndaɁ dapat
cara, kita tuɁ dibunuh oleh Raja Haji, jadi kita nimpay agiɁ kawan kata. Makan
lagiɁ sidaɁ tiga pura-pura, nyam nyam nyam kata. Datang lagiɁ anoɁaɁ tuɁ
Kijang.
Woy
apay pulah kin tiga diyaɁ. Makan ati tanah kata ia. MintaɁ oy. O ndaɁ bisa,
kala naɁ tamaɁ kituɁm kata ia kan. TamaɁ lagiɁ Kijang. A kita tuɁ engkenaɁ
engkelubang Raja Haji, kita tuɁ mullah akal kata ia. Pura-pura lagiɁ sidaɁ
empat, nyam nyam nyam.
Apay makan kin diyaɁ kata anoɁ tuɁ,
Kijang. Kami tuɁ makan ati tanah kata ia. Minta siket oy. O ndaɁ bisa kata ia,
anoɁeɁ naɁ masoɁ kituɁ. Udah bekumpol semua binatang tediɁ the sampay ke yang
seniɁ.
A kita tuɁ bepaham kata ia, apay
paham kita supaya it ate dapat keluar. A jadi si Kancil tediɁ the bependapat,
kita mullah tangaɁ pakay kita naiɁ ke atas, kala ndaɁ dibunuh Raja, Raja Haji
kata. AoɁ am kata sidaɁ kan. Cuma yang besar di bawah kata ia kan. Di bawah lah
anoeɁ gajah tuɁ tediɁ the. Udah gajah the, badaɁ, segala rusa, anoɁ nyaɁ
kijang.
Jadi
si Kancil dah dari atas, supaya ringan kata ia. Jadi besunsun sidaɁ, dah
besusnsun, ia pun dah dapat ke atas, ke anoɁ e
the, dah keluar. Ha udah kian kata ia, kian aɁ akan dimakan oleh Raja,
aku tuɁ ndaɁ perlu mullah tangaɁ.
Jadi
ia cerita udah nunguɁ di rangki e tadiɁ the, pokoɁ rangki, nunguɁ diyaɁ. Jadi
kata Beruang, a eh, pangan tum kata ia, anoeɁeɁ ngakal kami tadiɁ the. Eh nadaɁ
oy, kata ia, nangkaɁ landuɁ banyaɁ serupa kata ia, aku tuɁ nunguɁ tamang Raja. Tapi
boleh ndaɁ aku tuɁ minta siket, kata ia.Way ndaɁ bisa, aku lagi minta ijin
dengan Raja luɁ, aku bejalan kata, aku minta ijin. AmiɁ am kata ia kan. Dimakan
oleh Beruang nyaɁ, lalu ngerasa pedas aɁ, haah, haah, kata Beruang kan.
Belari
lagi ia, ketemu lagiɁ dengan si Kancil e tadiɁ the. Ikaw tum ngakal aku tadiɁ
kata ia. Oy nadaɁ oy, kaɁ landuɁ banyaɁ serupa kata ia, aku tuɁ nunguɁ gong
Raja kata ia. Boleh kah, kala aku, kala aku mangkong kata ia. Eh ndaɁ bisa kata
ia, harus mintaɁ ijin dengan Raja luɁ kata ia. Han ia berangkat ngegaɁ Raja,
padahal ja lari kan. Pangkong am kata ia kan. Pangkong ia, lalu kenaɁ sengat
lagi Beruang, lalu waah..waah…kata ia kan.
Kancil
dah nunguɁ di anoɁ the lingkar ular tediɁ the. Datang kiyaɁ. Pangan tum kata
ia, anuɁeɁ ngakal ku tediɁ kata ia. Oy nadaɁ oy kata ia, aku tuɁ nunguɁ sorban
Raja kata ia, jadi aku tuɁ ndaɁ bisa berangkat. Boleh ndaɁ kata, aku minyam
kata anoɁ Beruang tadiɁ. NdaɁ bisa, aku harus minta ijin dengan Raja kata ia. Jadi
dah bejalan la ia kan. Pakay am, kata si Kancil dari jaoh kan. Lalu dilingkar
oleh Ular, lalu abis digulung oleh Ular badan e tadiɁ kan, lalu ditolan e.
TERJEMAHAN
KATA DEMI KATA
Kesah si Kancil
Kisah
si Kancil
Kisah
si Kancil
- Raja Haji bekebon nanam pelak rambat.
Raja Haji berkebun
menanam ketela rambat.
Raja Haji menanam
ketela rambat di kebunnya.
- Tiba-tiba datang si Kancil makan daon ketelak rambat si Raja Haji.
Tiba-tiba datang si
Kancil memakan daun ketela rambat si Raja Haji.
Tiba-tiba si Kancil
datang memakan daun ketela rambat si Raja Haji.
- Turunlah si Raja Haji nak ngamik daon ketelak rambat, tiba-tiba daon udah dimakan si Kancil.
Pergilah
si Raja Haji ingin mengambil daun ketela rambat, tiba-tiba daun sudah dimakan
si Kancil.
Si
Raja Haji pergi ingin mengambil daun ketela rambat, tiba-tiba daun ketela
rambatnya sudah dimakan si Kancil.
- Lalu Raja Haji pulang ke rumah berpiker, bagaimanalah cara aku tuk membunuh si Kancil, sering makan daon ketelak rambat aku tuk.
Lalu
Raja Haji pulang ke rumah berpikir, “bagaimana cara aku ini membunuh si Kancil
sering memakan daun ketela rambat aku ini.”
Raja
Haji lalu pulang ke rumah dan berpikir, “bagaimana cara membunuh si Kancil
karena si Kancil ini sering memakan daun ketela rambat saya?”
- Lalu ia bependapat, ambik e cangkol, mulah ngkelubang dalam-dalam.
Lalu
ia berpendapat, diambilnya cangkul, membuat lubang dalam-dalam.
Si
Raja Haji berpendapat, ia mengambil cangkul lalu membuat lubang dalam-dalam.
- Nah itulah cara si Raja Haji.
Nah itulah cara si Raja
Haji.
Nah itulah cara si Raja
Haji.
- Setelah dipulah ia lubang, lalu atase lubang ditutup pakai ketelak rambat e tadik.
Setelah
dibuat ia lubang, lalu atasnya lubang ditutup menggunakan akar ketela rambatnya
tadi.
Setelah
lubang dibuat oleh si Raja Haji, lalu
lubang ditutup menggunakan akar ketela rambat tadi pada bagian atas.
- Pan sempat lamok, lalu datanglah si Kancil tadik teh ke kebon Sintua Raja Haji, jadi lalu makan daon ketelak rambat nyak the, lalu tiba-tiba ia pun dah makan kayak lalu masok ke dalam lubang.
Beberapa
saat kemudian, lalu datanglah si Kancil tadi itu ke kebun Pak Tua Raja Haji,
jadi lalu makan daun ketela rambat itulah, lalu tiba-tiba, ia pun sudah makan
di situ lalu masuklah ke dalam lubang.
Beberapa
saat kemudian, datanglah si Kancil tadi ke kebun Pak Tua Raja Haji, si Kancil lalu
memakan daun ketela rambat itu, lalu tiba-tiba, si Kancil masuk ke dalam lubang
itu.
- Kotilah cara aku tuk kata si Kancil kan, a cara aku keluar, kala ndak, dibunuh Raja Haji aku tuk kata ia.
Bagaimana
cara ini kata si Kancil, cara saya keluar, jika tidak, dibunuh Raja Haji aku
ini katanya.
“Bagaimana
cara saya keluar, jika saya tidak dapat keluar, maka saya akan dibunuh Raja
Haji” kata si Kancil.
- Tapi ia bepiker, lebh baek aku manggel kawan kata ia, pura-pura makan, jadi nyam nyam nyam kata si Kancil.
Akan
tetapi ia berpikir, lebih baik saya memanggil teman kata ia, berpura-pura
makan, jadi nyam nyam nyam kata si Kancil.
Akan
tetapi si Kancil berpikir, “lebih baik saya memanggil teman”, kata si Kancil,
“nyam, nyam, nyam”, kata si Kancil berpura-pura makan.
- Datanglah anok ek sikuk gajah, ey apay makan kau diyak?
Datanglah
seekor Gajah, hey apa makan kau di sana?.
Datanglah
seekor Gajah, “Hey, apa yang kamu makan di sana?”
- Aku makan ati tanah kata si Kancil.
Saya memakan hati tanah
kata si Kancil.
“Saya memakan hati
tanah”, kata si Kancil
- Oy minta? oy siket, oy ndak bisa kata ia, kala nak, masu? kitum kata ia, masu?lah si Gajah ke dalam lubang tadi?.
Oy,
minta oy sedikit, oy tidak bias kata ia, jika mau masuklah ke sini kata ia,
masuklah si Gajah ke dalam lubang tadi.
“Oy
minta oy sedikit”, kata si gajah, “Oy
tidak bisa, jika mau masuklah ke sini” kata si Kancil, masuklah si Gajah ke
dalam lubang tadi.
- A kita dua tuk, kata ia, kona? ngkelubang Raja Haji, kita dua tu? akan dibunuh Raja Haji, tapi kita dua mulah akal, kita dua nimpay sida? lagi?, pura-pura makan kata.
Kita
berdua ini kata ia, terkena perangkap lubang Raja Haji, kita berdua ini akan
dibunuh Raja Haji, tetapi kita berdua membuat siasat, kita berdua memanggil
mereka lagi berpura-pura makan.
“Kita
berdua ini, terkena perangkap lubang Raja Haji, kita berdua ini akan dibunuh
Raja Haji, tetapi kita berdua membuat sebuah siasat, kita akan memanggil mereka
yang lain, lalu kita akan berpura-pura makan” kata si Kancil.
- Nyam nyam nyam nyam kata sidaɁ dua the, Gajah dengan si Kancil tadiɁ, datanglah anoɁaɁ sikuɁ rusa datang kiyaɁ.
Nyam,
nyam, nyam, kata mereka berdua itu, Gajah dengan si Kancil tadi, datanglah
seekor Rusa ke situ.
“Nyam,
nyam, nyam” kata Gajah dan si Kancil tadi, datanglah seekor Rusa ke lubang itu.”
- Woy apay pulah kian dua kiyaɁ.
Woy apa perbuat kalian
berdua di situ?
“Woy, apa yang kalian
berdua lakukan di situ?”
- Makan ati tanah kata ia.
Memakan hati tanah
katanya.
“Memakan hati tanah”,
kata si Kancil.
- MintaɁ siket oy kata ia.
Mintalah sedikit oy
katanya.
“Mintalah sedikit oy”
kata Rusa.
- O ndaɁ bisa, kala na kitum kata ia.
O tidak bisa, jika mau
turunlah katanya.
“O tidak bisa, jika mau
turunlah” kata si Kancil.
- Terjon lagiɁ Rusa ke dalam e.
Terjunlah Rusa ke
dalamnya.
Terjunlah Rusa ke dalam
lubang tersebut.
- Kita tuɁ ngkenaɁ ngkelubang Raja Haji.
Kita ini terkena
perangkap lubang Raja Haji.
“Kita ini terkena
perangkap lubang Raja Haji” kata si Kancil.
- A nantiɁ kata ia, kala kita tuɁ ndaɁ dapat cara, kita tuɁ dibunuh oleh Raja Haji, jadi kita nimpay agiɁ kawan kata.
Nanti
katanya, jika kita ini tidak dapat solusi, kita ini dibunuh oleh Raja Haji jadi
kita memanggil lagi teman katanya.
“Jika
kita ini tidak menemukan solusi, kita akan dibunuh oleh Raja Haji, jadi kita
harus memanggil lagi teman kita” kata si Kancil.
- Makan lagiɁ sidaɁ tiga pura-pura, nyam nyam nyam kata.
Makan lagi mereka
bertiga berpura-pura, nyam nyam nyam katanya.
Mereka bertiga
berpura-pura makan lagi, “Nyam, nyam, nyam”, mereka bertiga berkata.
- Datang lagiɁ anoɁaɁ tuɁ Kijang.
Datang lagi Kijang.
Datang lagi Kijang.
- Woy apay pulah kin tiga diyaɁ.
Woy apa lakukan kalian
tiga di situ?
“Woy apa yang kalian
bertiga lakukan di situ?”
- Makan ati tanah kata ia.
Memakan hati tanah
katanya.
“Memakan hati tanah”,
kata si Kancil.
- MintaɁ oy.
Minta oy.
“Minta oy”, kata
Kijang.
- O ndaɁ bisa, kala naɁ tamaɁ kituɁm kata ia kan.
O tidak bisa, jika mau ikutlah
ke sini katanya kan.
“O tidak bisa, jika mau
ikutlah ke sini” kata si Kancil.
- TamaɁ lagiɁ Kijang.
Ikutlah lagi Kijang.
Ikutlah lagi Kijang.
- A kita tuɁ engkenaɁ engkelubang Raja Haji, kita tuɁ mullah akal kata ia.
Kita
ini terkena perangkap lubang Raja Haji, kita ini membuat suatu siasat katanya.
“Kita
ini terkena perangkap lubang Raja Haji, maka kita buat siasat”, kata si Kancil.
- Pura-pura lagiɁ sidaɁ empat, nyam nyam nyam.
Berpura-pura lagi
mereka berempat, nyam, nyam, nyam, nyam.
Mereka bertiga
berpura-pura lagi, “Nyam, nyam, nyam, nyam”.
- Apay makan kin diyaɁ kata anoɁ tuɁ, Kijang.
Apa makan kalian
bertiga kata Kijang.
“Apa yang kalian
bertiga makan?”, kata Kijang.
- Kami tuɁ makan ati tanah kata ia.
Kami ini memakan hati
tanah katanya.
“Kami ini memakan hati
tanah”, kata si Kancil.
- Minta siket oy.
Minta sedikit oy.
“Minta sedikit oy” kata
Kijang.
- O ndaɁ bisa kata ia, anoɁeɁ naɁ masoɁ kituɁ.
O tidak bisa katanya
mau masuklah ke sini.
“O tidak bisa, jika mau
masuklah ke sini”, kata si Kancil.
- Udah bekumpol semua binatang tediɁ the sampay ke yang seniɁ.
Sudah berkumpul semua
binatang hingga tadi sampai ke yang kecil.
Semua binatang sudah
berkumpul hingga binatang yang kecil.
- A kita tuɁ bepaham kata ia, apay paham kita supaya kita te dapat keluar.
Kita
ini bermusyawarah katanya apa solusi kita supaya bagaimana dapat keluar.
“Kita
ini bermusyawarah untuk menemukan solusi agar kita dapat keluar”, kata si
Kancil.
- A jadi si Kancil tediɁ the bependapat, kita mullah tangaɁ pakay kita naiɁ ke atas, kala ndaɁ dibunuh Raja, Raja Haji kata.
Jadi
si Kancil tadi berpendapat kita membuat tangga untuk kita naik ke atas katanya,
jika tidak dibunuh Raja, Raja Haji katanya.
“Jadi
kita membuat tangga untuk naik ke atas, jika tidak kita akan dibunuh Raja, Raja
Haji”, si Kancil berpendapat.
- AoɁ am kata sidaɁ kan.
Baiklah kata mereka kan.
“Baikah”, mereka
berkata.
- Cuma yang besar di bawah kata ia kan.
Cuma, yang besar di
bawah katanya.
“Cuma, yang besar
dibawah”, kata si Kancil.
- Di bawah lah anoeɁ gajah tuɁ tediɁ teh.
Di bawah lah Gajah tadi
itu.
Gajah lah yang di
bawah.
- Udah gajah teh, badaɁ, segala rusa, anoɁ nyaɁ kijang.
Setelah Gajah, Badak,
Rusa kemudian Kijang.
Setelah Gajah, kemudian
Badak, Rusa, Kijang.
- Jadi si Kancil dah dari atas, supaya ringan kata ia.
Jadi si Kancil dari
atas supaya ringan katanya.
Si Kancil berda pada
posisi paling atas, “Supaya ringan”, kata si Kancil.
- Jadi besunsun sidaɁ, dah besusnsun, ia pun dah dapat ke atas, ke anoɁ e teh, dah keluar.
Jadi
bersusun mereka, setelah bersusun, ia pun sudah dapat meloncat ke atas, sudah
keluar.
Mereka
bersusun, setelah bersusun, si Kancil meloncat ke atas, si Kancil pun keluar.
- Ha udah kian kata ia, kian aɁ akan dimakan oleh Raja, aku tuɁ ndaɁ perlu mullah tangaɁ.
Ha
udah kalian katanya, kalian itu akan dimakan oleh Raja, saya ini tidak perlu
membuat tangga.
“Ha
udah kalian, kalian akan dimakan oleh Raja, saya tidak perlu membuat tangga”,
kata si Kancil.
- Jadi ia cerita udah nunguɁ di rangki e tadiɁ teh, pokoɁ rangki, nunguɁ diyaɁ.
Jadi ia ceritanya sudah
menunggu di cabai, pohon cabai, menunggu di sana.
Jadi ceritanya si
Kancil telah menunggu di pohon cabai.
- Jadi kata Beruang, a eh, pangan tum kata ia, anoeɁeɁ ngakal kami tadiɁ teh.
Jadi kata Beruang, eh
orang ini tadi katanya, mengakali kami tadi.
“Eh, jadi orang ini
tadi yang sudah mengakali kami”, kata Beruang.
- Eh nadaɁ oy, kata ia, nangkaɁ landuɁ banyaɁ serupa kata ia, aku tuɁ nunguɁ tamang Raja.
Eh
bukan oy katanya, tidak semua kancil sama, saya ini menunggu tambang Raja.
“Eh,
bukan oy, tidak semua Kancil sama, saya ini menunggu tambang Raja”, kata si
Kancil.
- Tapi boleh ndaɁ aku tuɁ minta siket, kata ia.
Akan tetapi boleh tidak
saya meminta sedikit katanya.
“Akan tetapi, boleh
tidak saya meminta sedikit”, kata Beruang.
- Way ndaɁ bisa, aku lagi minta ijin dengan Raja luɁ, aku bejalan kata, aku minta ijin.
Way
tidak bisa, saya akan meminta izin Raja terlebih dahulu, saya berjalan, saya
meminta izin.
“Way
tidak bisa, saya meminta izin Raja terlebih dahulu, saya akan berjalan untuk
meminta izin” kata si Kancil.
- AmiɁ am kata ia kan.
Ambillah katanya.
“Ambillah”, kata si
Kancil.
- Dimakan oleh Beruang nyaɁ, lalu ngerasa pedas aɁ, haah, haah, kata Beruang kan.
Dimakan
oleh Beruang itu lalu merasa kepedasan, haaah…haaah, kata Beruang kan.
Beruang merasa
kepedasan, “Haaah…haaah” kata beruang yang memakan cabai.
- Belari lagi ia, ketemu lagiɁ dengan si Kancil e tadiɁ teh.
Berlari lagi ia bertemu
lagi dengan si Kancil tadi.
Beruang berlari dan ia
bertemu lagi dengan si Kancil.
- Ikaw tum ngakal aku tadiɁ kata ia.
Kamu ini katanya
mengakali saya tadi katanya.
“Kamu ini yang tadi
mengakali saya” kata Beruang.
- Oy nadaɁ oy, kaɁ landuɁ banyaɁ serupa kata ia, aku tuɁ nunguɁ gong Raja kata ia.
Oy bukan oy, tidak
semua kancil sama katanya, saya ini menunggu gong raja.
“Oy
bukan oy, tidak semua kancil sama, saya ini menunggu gong raja” kata si Kancil.
- Boleh kah, kala aku, kala aku mangkong kata ia.
Bolehkah jika saya,
jika saya memukulnya katanya.
“Bolehkan jika saya
memukulnya”, kata Beruang.
- Eh ndaɁ bisa kata ia, harus mintaɁ ijin dengan Raja luɁ kata ia.
Eh tidak bisa katanya,
harus meminta izin dengan raja terlebih dahulu katanya.
“Eh tidak bisa, harus
meminta izin terlebih dahulu dengan raja” kata si Kancil.
- Han ia berangkat ngegaɁ Raja, padahal ja lari kan.
Ia berangkat mencari
raja, padahal memang melarikan diri.
Si Kancil berangkat
mencari raja, padahal ia memang melarikan diri.
- Pangkong am kata ia kan.
Pukullah katanya.
“Pukullah”, kata si
Kancil.
- Pangkong ia, lalu kenaɁ sengat lagi Beruang, lalu waah..waah…kata ia kan.
Memukul ia, lalu
terkena sengatan lagi beruang lalu waah…waah katanya.
Beruang memukul gong,
lalu ia terkena sengatan lebah, “Waah…Waah” kata Beruang.
- Kancil dah nunguɁ di anoɁ teh lingkar ular tediɁ teh.
Kancil sudah menunggu
di melingkar ular.
Kancil sudah menunggu
di dekat ular yang sedang melingkar.
- Datang kiyaɁ.
Datanglah ke sana.
Datanglah Beruang ke
sana.
- Pangan tum kata ia, anuɁeɁ ngakal ku tediɁ kata ia.
Orang ini katanya,
mengakali saya tadi katanya.
“Orang ini yang tadi
mengakali saya”, kata Beruang.
- Oy nadaɁ oy kata ia, aku tuɁ nunguɁ sorban Raja kata ia, jadi aku tuɁ ndaɁ bisa berangkat.
Oy
tidak oy katanya, saya ini menunggu sorban raja katanya, jadi saya ini tidak
bisa berangkat
“Oy
tidak oy, saya ini menunggu sorban raja, saya ini tidak bisa berangkat”, kata
Beruang.
- Boleh ndaɁ kata, aku minyam kata anoɁ Beruang tadiɁ.
Boleh tidak katanya
saya meminjam kata beruang tadi.
“Boleh tidak saya
meminjam?”, kata Beruang.
- NdaɁ bisa, aku harus minta ijin dengan Raja kata ia.
Tidak bisa, saya harus
meminta izin dengan raja katanya.
“Tidak bisa, saya harus
meminta izin dengan raja”, kata Beruang.
- Jadi dah bejalan la ia kan.
Jadi sudah berjalan lah
ia.
Jadi si Kancil pun
sudah berjalan.
- Pakay am, kata si Kancil dari jaoh kan.
Gunakanlah, kata si
Kancil dari jauh.
“Gunakanlah”, kata si
Kancil dari jauh.
- Lalu dilingkar oleh Ular, lalu abis digulung oleh Ular badan e tadiɁ kan, lalu ditolan e.
Lalu
dilingkari oleh ular, lalu setelah itu digulung oleh ular badannya, lalu
ditelannya.
Lalu tubuh Beruang itu dilingkari dan digulung,
kemudian ditelannya Beruang itu oleh ular.
TERJEMAHAN
BEBAS
Kisah
Si Kancil
Pada
suatu hari, ada sesorang Pak Tua bernama Raja Haji yang menanam ubi rambat di
kebunnya. Akan tetapi, tiba-tiba si Kancil datang ke kebun Raja Haji tersebut.
Si kancil lalu memakan daun ketela rambat si Raja Haji.
Raja
Haji kemudian pergi ke kebun. Ia ingin mengambil daun ketela rambatnya. Lalu ia
melihat tiba-tiba daun ketela rambatnya sudah dimakan si Kancil.
Raja
Haji pun pulang ke rumah dan berpikir, “Bagaimana cara membunuh si Kancil
karena si Kancil ini sering memakan daun ketela rambat saya?”
Raja Haji berpendapat bahwa jika ia membuat
jebakan, maka ia dapat menangkap si Kancil. Segeralah ia mengambil cangkul lalu
membuat lubang dalam-dalam. Setelah lubang dibuat oleh Raja Haji, lalu lubang ditutup menggunakan akar ketela rambat
tadi pada bagian atas.
Beberapa saat kemudian,
datanglah si Kancil tadi ke kebun Pak Tua Raja Haji, si Kancil lalu memakan
daun ketela rambat itu. Secara mendadak si Kancil pun masuk ke dalam lubang
itu.
“Bagaimana
cara saya keluar, jika saya tidak dapat keluar, maka saya akan dibunuh Raja
Haji” kata si Kancil.
Akan
tetapi si Kancil berpikir, “Lebih baik saya memanggil teman”, kata si Kancil,
“Nyam, nyam, nyam”, kata si Kancil berpura-pura makan.
Datanglah
seekor Gajah, “Hey, apa yang kamu makan di sana?”.
“Saya
memakan hati tanah”, kata si Kancil.
“Oy
minta oy sedikit”, kata si Gajah.
“Oy tidak bisa, jika mau masuklah ke sini”
kata si Kancil, masuklah si Gajah ke dalam lubang tadi.
“Kita
berdua ini, terkena perangkap lubang Raja Haji, kita berdua ini akan dibunuh
Raja Haji, tetapi kita berdua membuat sebuah siasat, kita akan memanggil mereka
yang lain, lalu kita akan berpura-pura makan” kata si Kancil.
“Nyam,
nyam, nyam” kata Gajah dan si Kancil tadi.
Datanglah seekor Rusa ke lubang itu. “Woy, apa yang kalian berdua
lakukan di situ?”
“Memakan
hati tanah”, kata si Kancil.
“Mintalah
sedikit oy” kata Rusa.
“Oh
tidak bisa, jika mau turunlah” kata si Kancil. Terjunlah Rusa ke dalam lubang
tersebut.
“Kita
ini terkena perangkap lubang Raja Haji” kata si Kancil. “Jika kita ini tidak
menemukan solusi, kita akan dibunuh oleh Raja Haji, jadi kita harus memanggil
lagi teman kita” kata si Kancil lagi.
Mereka
bertiga terus saja berpura-pura makan, “Nyam, nyam, nyam”, mereka bertiga
berkata. Kemudian datang lagi Kijang.
“Woy
apa yang kalian bertiga lakukan di situ?”
“Memakan
hati tanah”, kata si Kancil.
“Minta
oy”, kata Kijang.
“O
tidak bisa, jika mau ikutlah ke sini” kata si Kancil.
Ikutlah
lagi Kijang masuk ke dalam lubang. “Kita ini terkena perangkap lubang Raja
Haji, maka kita buat siasat”, kata si Kancil. Mereka berpura-pura lagi, “Nyam,
nyam, nyam, nyam”.
“Apa yang kalian bertiga makan?” kata Kijang.
“Kami
ini memakan hati tanah”, kata si Kancil.
“Minta
sedikit oy” kata Kijang.
“O
tidak bisa, jika mau masuklah ke sini”, kata si Kancil.
Semua binatang sudah
berkumpul dalam lubang jebakan Raja Haji hingga binatang yang kecil. “Kita ini
bermusyawarah untuk menemukan solusi agar kita dapat keluar”, kata si Kancil. “Jadi kita akan membuat tangga untuk naik ke
atas, jika tidak, kita akan dibunuh Raja, Raja haji”, si Kancil berpendapat. “Baikah”, mereka berkata.
“Cuma, yang besar dibawah”, kata si
Kancil.
Gajahlah
yang berada di bawah. Setelah Gajah, kemudian Badak, Rusa, Kijang. Si Kancil
kemudian berada pada posisi paling atas,
“Supaya ringan”, kata si Kancil.
Mereka semua bersusun,
setelah bersusun, si Kancil meloncat ke atas, si Kancil pun keluar.
“Ha
udah kalian, kalian akan dimakan oleh Raja, saya tidak perlu membuat tangga”,
kata si Kancil lari meninggalkan teman-temannya di dalam lubang.
Jadi ceritanya si Kancil telah
menunggu di pohon cabai.
“Eh,
jadi orang ini tadi yang sudah mengakali kami”, kata Beruang.
“Eh,
bukan oy, tidak semua Kancil sama, saya ini menunggu tambang Raja”, kata si
Kancil.
“Akan
tetapi, boleh tidak saya meminta sedikit”, kata Beruang.
“Wey
tidak bisa, saya meminta izin Raja terlebih dahulu, saya akan berjalan untuk
meminta izin” kata si Kancil. Setelah berlari lumayan jauh si Kancil
mengeluarkan suara. “Ambillah”, kata si Kancil.
Beruang
merasa kepedasan, “Haaah…haaah” kata Beruang
setelah ia memakan cabai.
Beruang berlari dan ia bertemu lagi
dengan si Kancil.
“Kamu
ini yang tadi mengakali saya” kata Beruang.
“Oy
bukan oy, tidak semua kancil sama, saya ini menunggu gong raja” kata si
Kancil.
“Bolehkan
jika saya memukulnya”, kata Beruang.
“Eh
tidak bisa, harus meminta izin terlebih dahulu dengan raja” kata si Kancil. Si
Kancil berangkat mencari raja, padahal ia memang melarikan diri. “Pukullah”,
kata si Kancil. Setelah lumayan jauh berlari dari Beruang.
Beruang
memukul gong, lalu ia terkena sengatan lebah, “Waah…Waah” kata Beruang.
Kancil
sudah menunggu di dekat ular yang sedang
melingkar. Datanglah ke ular yang melingkar tadi si Beruang.
“Orang
ini yang tadi mengakali saya”, kata Beruang.
“Oy
tidak oy, saya ini menunggu sorban raja, saya ini tidak bisa berangkat”, kata
Beruang.
“Boleh
tidak saya meminjam?”, kata Beruang.
“Tidak
bisa, saya harus meminta izin dengan raja”, kata Beruang. Jadi ketika si Kancil
sudah berjalan lumayan jauh ia pun bersuara.
“Gunakanlah”,
kata si Kancil dari jauh. Lalu tubuh
Beruang itu dilingkari dan digulung, setelah itu ditelannya Beruang oleh ular
yang melingkar itu.
LAMPIRAN
Nama
Pencerita :
H. Tajul Aripin
Tempat,
Tanggal Lahir : Kerangan Purun, 4 Mei 1952
Pekerjaan
: Swasta
Alamat :
Jalan Provinsi, gang H. Tajul Aripin, Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi
Tanggal dan Tempat Perekaman Cerita :
26 Desember 2013 di Kediaman H. Tajul Aripin di Nanga Pinoh, Kabupaten
Melawi
Waktu
Perekaman Cerita
: Pukul 19. 17 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar