Rabu, 03 Desember 2014

Contoh Tugas Sastra Daerah



Nama: Anggi Windi Asih
NIM: F11111023
Kelas: V A Reguler A
Cerita Lucu dari Kabupaten Melawi

TRANSKRIPSI NASKAH
Kesah si Kancil
Kisah si Kancil
Kisah si Kancil

Raja Haji bekebon nanam pelak rambat. Tiba-tiba datang si Kancil makan daon ketelak rambat si Raja Haji.Turunlah si Raja Haji nak ngamik daon ketelak rambat, tiba-tiba daon udah dimakan si Kancil.Lalu Raja Haji pulang ke rumah berpiker, bagaimanalah cara aku tuk membunuh si Kancil, sering makan daon ketelak rambat aku tuk.
            Lalu ia bependapat, ambik e cangkol, it at ngkelubang dalam-dalam. Nah itulah cara si Raja Haji. Setelah dipulah ia lubang, lalu atase lubang ditutup pakai ketelak rambat e tadik. Pan sempat lamok, lalu datanglah si Kancil tadik the ke kebon Sintua Raja Haji, jadi lalu makan daon ketelak rambat nyak the, lalu tiba-tiba ia pun dah makan kayak lalu masok ke dalam lubang.
Kotilah cara aku tuk kata si Kancil kan, a cara aku keluar, kala ndak, dibunuh Raja Haji aku tuk kata ia. Tapi ia bepiker, lebh baek aku manggel kawan kata ia, pura-pura makan, jadi nyam nyam nyam kata si Kancil. Datanglah anok ek sikuk gajah, ey apay makan kau diyak? Aku makan ati tanah kata si Kancil. Oy minta? oy siket, oy ndak bisa kata ia, kala nak, masu? kitum kata ia, masu?lah si Gajah ke dalam lubang tadi?. A kita dua tuk, kata ia, kona? ngkelubang Raja Haji, kita dua tu? akan dibunuh Raja Haji, tapi kita dua it at akal, kita dua nimpay sida? lagi?, pura-pura makan kata.
            Nyam nyam nyam nyam kata sidaɁ dua the, Gajah dengan si Kancil tadiɁ, datanglah anoɁaɁ sikuɁ rusa datang kiyaɁ. Woy apay pulah kian dua kiyaɁ. Makan ati tanah kata ia. MintaɁ siket oy kata ia. O ndaɁ bisa, kala na kitum kata ia. Terjon lagiɁ Rusa ke dalam e.

Kita tuɁ ngkenaɁ ngkelubang Raja Haji. A nantiɁ kata ia, kala kita tuɁ ndaɁ dapat cara, kita tuɁ dibunuh oleh Raja Haji, jadi kita nimpay agiɁ kawan kata. Makan lagiɁ sidaɁ tiga pura-pura, nyam nyam nyam kata. Datang lagiɁ anoɁaɁ tuɁ Kijang.
Woy apay pulah kin tiga diyaɁ. Makan ati tanah kata ia. MintaɁ oy. O ndaɁ bisa, kala naɁ tamaɁ kituɁm kata ia kan. TamaɁ lagiɁ Kijang. A kita tuɁ engkenaɁ engkelubang Raja Haji, kita tuɁ mullah akal kata ia. Pura-pura lagiɁ sidaɁ empat, nyam nyam nyam.
            Apay makan kin diyaɁ kata anoɁ tuɁ, Kijang. Kami tuɁ makan ati tanah kata ia. Minta siket oy. O ndaɁ bisa kata ia, anoɁeɁ naɁ masoɁ kituɁ. Udah bekumpol semua binatang tediɁ the sampay ke yang seniɁ.
            A kita tuɁ bepaham kata ia, apay paham kita supaya it ate dapat keluar. A jadi si Kancil tediɁ the bependapat, kita mullah tangaɁ pakay kita naiɁ ke atas, kala ndaɁ dibunuh Raja, Raja Haji kata. AoɁ am kata sidaɁ kan. Cuma yang besar di bawah kata ia kan. Di bawah lah anoeɁ gajah tuɁ tediɁ the. Udah gajah the, badaɁ, segala rusa, anoɁ nyaɁ kijang.
Jadi si Kancil dah dari atas, supaya ringan kata ia. Jadi besunsun sidaɁ, dah besusnsun, ia pun dah dapat ke atas, ke anoɁ e  the, dah keluar. Ha udah kian kata ia, kian aɁ akan dimakan oleh Raja, aku tuɁ ndaɁ perlu mullah tangaɁ.
Jadi ia cerita udah nunguɁ di rangki e tadiɁ the, pokoɁ rangki, nunguɁ diyaɁ. Jadi kata Beruang, a eh, pangan tum kata ia, anoeɁeɁ ngakal kami tadiɁ the. Eh nadaɁ oy, kata ia, nangkaɁ landuɁ banyaɁ serupa kata ia, aku tuɁ nunguɁ tamang Raja. Tapi boleh ndaɁ aku tuɁ minta siket, kata ia.Way ndaɁ bisa, aku lagi minta ijin dengan Raja luɁ, aku bejalan kata, aku minta ijin. AmiɁ am kata ia kan. Dimakan oleh Beruang nyaɁ, lalu ngerasa pedas aɁ, haah, haah, kata Beruang kan.

Belari lagi ia, ketemu lagiɁ dengan si Kancil e tadiɁ the. Ikaw tum ngakal aku tadiɁ kata ia. Oy nadaɁ oy, kaɁ landuɁ banyaɁ serupa kata ia, aku tuɁ nunguɁ gong Raja kata ia. Boleh kah, kala aku, kala aku mangkong kata ia. Eh ndaɁ bisa kata ia, harus mintaɁ ijin dengan Raja luɁ kata ia. Han ia berangkat ngegaɁ Raja, padahal ja lari kan. Pangkong am kata ia kan. Pangkong ia, lalu kenaɁ sengat lagi Beruang, lalu waah..waah…kata ia kan.
Kancil dah nunguɁ di anoɁ the lingkar ular tediɁ the. Datang kiyaɁ. Pangan tum kata ia, anuɁeɁ ngakal ku tediɁ kata ia. Oy nadaɁ oy kata ia, aku tuɁ nunguɁ sorban Raja kata ia, jadi aku tuɁ ndaɁ bisa berangkat. Boleh ndaɁ kata, aku minyam kata anoɁ Beruang tadiɁ. NdaɁ bisa, aku harus minta ijin dengan Raja kata ia. Jadi dah bejalan la ia kan. Pakay am, kata si Kancil dari jaoh kan. Lalu dilingkar oleh Ular, lalu abis digulung oleh Ular badan e tadiɁ kan, lalu ditolan e.








TERJEMAHAN KATA DEMI KATA

Kesah si Kancil
Kisah si Kancil
Kisah si Kancil

  1. Raja Haji bekebon nanam pelak rambat.
Raja Haji berkebun menanam ketela rambat.
Raja Haji menanam ketela rambat di kebunnya.

  1. Tiba-tiba datang si Kancil makan daon ketelak rambat si Raja Haji.
Tiba-tiba datang si Kancil memakan daun ketela rambat si Raja Haji.
Tiba-tiba si Kancil datang memakan daun ketela rambat si Raja Haji.

  1. Turunlah si Raja Haji nak ngamik daon ketelak rambat, tiba-tiba daon udah dimakan si Kancil.
Pergilah si Raja Haji ingin mengambil daun ketela rambat, tiba-tiba daun sudah dimakan si Kancil.
Si Raja Haji pergi ingin mengambil daun ketela rambat, tiba-tiba daun ketela rambatnya sudah dimakan si Kancil.

  1. Lalu Raja Haji pulang ke rumah berpiker, bagaimanalah cara aku tuk membunuh si Kancil, sering makan daon ketelak rambat aku tuk.
Lalu Raja Haji pulang ke rumah berpikir, “bagaimana cara aku ini membunuh si Kancil sering memakan daun ketela rambat aku ini.”
Raja Haji lalu pulang ke rumah dan berpikir, “bagaimana cara membunuh si Kancil karena si Kancil ini sering memakan daun ketela rambat saya?”

  1. Lalu ia bependapat, ambik e cangkol, mulah ngkelubang dalam-dalam.
Lalu ia berpendapat, diambilnya cangkul, membuat lubang dalam-dalam.
Si Raja Haji berpendapat, ia mengambil cangkul lalu membuat lubang dalam-dalam.

  1. Nah itulah cara si Raja Haji.
Nah itulah cara si Raja Haji.
Nah itulah cara si Raja Haji.

  1. Setelah dipulah ia lubang, lalu atase lubang ditutup pakai ketelak rambat e tadik.
Setelah dibuat ia lubang, lalu atasnya lubang ditutup menggunakan akar ketela rambatnya tadi.
Setelah lubang dibuat oleh si Raja Haji, lalu  lubang ditutup menggunakan akar ketela rambat tadi pada bagian atas.

  1. Pan sempat lamok, lalu datanglah si Kancil tadik teh ke kebon Sintua Raja Haji, jadi lalu makan daon ketelak rambat nyak the, lalu tiba-tiba ia pun dah makan kayak lalu masok ke dalam lubang.
Beberapa saat kemudian, lalu datanglah si Kancil tadi itu ke kebun Pak Tua Raja Haji, jadi lalu makan daun ketela rambat itulah, lalu tiba-tiba, ia pun sudah makan di situ lalu masuklah ke dalam lubang.
Beberapa saat kemudian, datanglah si Kancil tadi ke kebun Pak Tua Raja Haji, si Kancil lalu memakan daun ketela rambat itu, lalu tiba-tiba, si Kancil masuk ke dalam lubang itu.

  1. Kotilah cara aku tuk kata si Kancil kan, a cara aku keluar, kala ndak, dibunuh Raja Haji aku tuk kata ia.
Bagaimana cara ini kata si Kancil, cara saya keluar, jika tidak, dibunuh Raja Haji aku ini katanya.
“Bagaimana cara saya keluar, jika saya tidak dapat keluar, maka saya akan dibunuh Raja Haji” kata si Kancil.

  1. Tapi ia bepiker, lebh baek aku manggel kawan kata ia, pura-pura makan, jadi nyam nyam nyam kata si Kancil.
Akan tetapi ia berpikir, lebih baik saya memanggil teman kata ia, berpura-pura makan, jadi nyam nyam nyam kata si Kancil.
Akan tetapi si Kancil berpikir, “lebih baik saya memanggil teman”, kata si Kancil, “nyam, nyam, nyam”, kata si Kancil berpura-pura makan.

  1. Datanglah anok ek sikuk gajah, ey apay makan kau diyak?
Datanglah seekor Gajah, hey apa makan kau di sana?.
Datanglah seekor Gajah, “Hey, apa yang kamu makan di sana?”


  1. Aku makan ati tanah kata si Kancil.
Saya memakan hati tanah kata si Kancil.
“Saya memakan hati tanah”, kata si Kancil

  1. Oy minta? oy siket, oy ndak bisa kata ia, kala nak, masu? kitum kata ia, masu?lah si Gajah ke dalam lubang tadi?.
Oy, minta oy sedikit, oy tidak bias kata ia, jika mau masuklah ke sini kata ia, masuklah si Gajah ke dalam lubang tadi.
“Oy minta oy sedikit”, kata si gajah,  “Oy tidak bisa, jika mau masuklah ke sini” kata si Kancil, masuklah si Gajah ke dalam lubang tadi.

  1. A kita dua tuk, kata ia, kona? ngkelubang Raja Haji, kita dua tu? akan dibunuh Raja Haji, tapi kita dua mulah akal, kita dua nimpay sida? lagi?, pura-pura makan kata.
Kita berdua ini kata ia, terkena perangkap lubang Raja Haji, kita berdua ini akan dibunuh Raja Haji, tetapi kita berdua membuat siasat, kita berdua memanggil mereka lagi berpura-pura makan.
“Kita berdua ini, terkena perangkap lubang Raja Haji, kita berdua ini akan dibunuh Raja Haji, tetapi kita berdua membuat sebuah siasat, kita akan memanggil mereka yang lain, lalu kita akan berpura-pura makan” kata si Kancil.



  1. Nyam nyam nyam nyam kata sidaɁ dua the, Gajah dengan si Kancil tadiɁ, datanglah anoɁaɁ sikuɁ rusa datang kiyaɁ.
Nyam, nyam, nyam, kata mereka berdua itu, Gajah dengan si Kancil tadi, datanglah seekor Rusa ke situ.
“Nyam, nyam, nyam” kata Gajah dan si Kancil tadi, datanglah seekor Rusa ke  lubang itu.”

  1. Woy apay pulah kian dua kiyaɁ.
Woy apa perbuat kalian berdua di situ?
“Woy, apa yang kalian berdua lakukan di situ?”

  1. Makan ati tanah kata ia.
Memakan hati tanah katanya.
“Memakan hati tanah”, kata si Kancil.

  1. MintaɁ siket oy kata ia.
Mintalah sedikit oy katanya.
“Mintalah sedikit oy” kata Rusa.

  1. O ndaɁ bisa, kala na kitum kata ia.
O tidak bisa, jika mau turunlah katanya.
“O tidak bisa, jika mau turunlah” kata si Kancil.

  1. Terjon lagiɁ Rusa ke dalam e.
Terjunlah Rusa ke dalamnya.
Terjunlah Rusa ke dalam lubang tersebut.

  1. Kita tuɁ ngkenaɁ ngkelubang Raja Haji.
Kita ini terkena perangkap lubang Raja Haji.
“Kita ini terkena perangkap lubang Raja Haji” kata si Kancil.

  1. A nantiɁ kata ia, kala kita tuɁ ndaɁ dapat cara, kita tuɁ dibunuh oleh Raja Haji, jadi kita nimpay agiɁ kawan kata.
Nanti katanya, jika kita ini tidak dapat solusi, kita ini dibunuh oleh Raja Haji jadi kita memanggil lagi teman katanya.
“Jika kita ini tidak menemukan solusi, kita akan dibunuh oleh Raja Haji, jadi kita harus memanggil lagi teman kita” kata si Kancil.

  1. Makan lagiɁ sidaɁ tiga pura-pura, nyam nyam nyam kata.
Makan lagi mereka bertiga berpura-pura, nyam nyam nyam katanya.
Mereka bertiga berpura-pura makan lagi, “Nyam, nyam, nyam”, mereka bertiga berkata.

  1. Datang lagiɁ anoɁaɁ tuɁ Kijang.
Datang lagi Kijang.
Datang lagi Kijang.

  1. Woy apay pulah kin tiga diyaɁ.
Woy apa lakukan kalian tiga di situ?
“Woy apa yang kalian bertiga lakukan di situ?”

  1. Makan ati tanah kata ia.
Memakan hati tanah katanya.
“Memakan hati tanah”, kata si Kancil.

  1. MintaɁ oy.
Minta oy.
“Minta oy”, kata Kijang.

  1. O ndaɁ bisa, kala naɁ tamaɁ kituɁm kata ia kan.
O tidak bisa, jika mau ikutlah ke sini katanya kan.
“O tidak bisa, jika mau ikutlah ke sini” kata si Kancil.

  1. TamaɁ lagiɁ Kijang.
Ikutlah lagi Kijang.
Ikutlah lagi Kijang.

  1. A kita tuɁ engkenaɁ engkelubang Raja Haji, kita tuɁ mullah akal kata ia.
Kita ini terkena perangkap lubang Raja Haji, kita ini membuat suatu siasat katanya.
“Kita ini terkena perangkap lubang Raja Haji, maka kita buat siasat”, kata si Kancil.

  1. Pura-pura lagiɁ sidaɁ empat, nyam nyam nyam.
Berpura-pura lagi mereka berempat, nyam, nyam, nyam, nyam.
Mereka bertiga berpura-pura lagi, “Nyam, nyam, nyam, nyam”.

  1. Apay makan kin diyaɁ kata anoɁ tuɁ, Kijang.
Apa makan kalian bertiga kata Kijang.
“Apa yang kalian bertiga makan?”, kata Kijang.

  1. Kami tuɁ makan ati tanah kata ia.
Kami ini memakan hati tanah katanya.
“Kami ini memakan hati tanah”, kata si Kancil.

  1. Minta siket oy.
Minta sedikit oy.
“Minta sedikit oy” kata Kijang.

  1. O ndaɁ bisa kata ia, anoɁeɁ naɁ masoɁ kituɁ.
O tidak bisa katanya mau masuklah ke sini.
“O tidak bisa, jika mau masuklah ke sini”, kata si Kancil.

  1. Udah bekumpol semua binatang tediɁ the sampay ke yang seniɁ.
Sudah berkumpul semua binatang hingga tadi sampai ke yang kecil.
Semua binatang sudah berkumpul hingga binatang yang kecil.

  1. A kita tuɁ bepaham kata ia, apay paham kita supaya kita te dapat keluar.
Kita ini bermusyawarah katanya apa solusi kita supaya bagaimana dapat keluar.
“Kita ini bermusyawarah untuk menemukan solusi agar kita dapat keluar”, kata si Kancil.

  1. A jadi si Kancil tediɁ the bependapat, kita mullah tangaɁ pakay kita naiɁ ke atas, kala ndaɁ dibunuh Raja, Raja Haji kata.
Jadi si Kancil tadi berpendapat kita membuat tangga untuk kita naik ke atas katanya, jika tidak dibunuh Raja, Raja Haji katanya.
“Jadi kita membuat tangga untuk naik ke atas, jika tidak kita akan dibunuh Raja, Raja Haji”, si Kancil berpendapat.

  1. AoɁ am kata sidaɁ kan.
Baiklah kata mereka kan.
“Baikah”, mereka berkata.

  1. Cuma yang besar di bawah kata ia kan.
Cuma, yang besar di bawah katanya.
“Cuma, yang besar dibawah”, kata si Kancil.

  1. Di bawah lah anoeɁ gajah tuɁ tediɁ teh.
Di bawah lah Gajah tadi itu.
Gajah lah yang di bawah.

  1. Udah gajah teh, badaɁ, segala rusa, anoɁ nyaɁ kijang.
Setelah Gajah, Badak, Rusa kemudian Kijang.
Setelah Gajah, kemudian Badak, Rusa, Kijang.

  1. Jadi si Kancil dah dari atas, supaya ringan kata ia.
Jadi si Kancil dari atas supaya ringan katanya.
Si Kancil berda pada posisi paling atas, “Supaya ringan”, kata si Kancil.

  1. Jadi besunsun sidaɁ, dah besusnsun, ia pun dah dapat ke atas, ke anoɁ e  teh, dah keluar.
Jadi bersusun mereka, setelah bersusun, ia pun sudah dapat meloncat ke atas, sudah keluar.
Mereka bersusun, setelah bersusun, si Kancil meloncat ke atas, si Kancil pun keluar.

  1. Ha udah kian kata ia, kian aɁ akan dimakan oleh Raja, aku tuɁ ndaɁ perlu mullah tangaɁ.
Ha udah kalian katanya, kalian itu akan dimakan oleh Raja, saya ini tidak perlu membuat tangga.
“Ha udah kalian, kalian akan dimakan oleh Raja, saya tidak perlu membuat tangga”, kata si Kancil.

  1. Jadi ia cerita udah nunguɁ di rangki e tadiɁ teh, pokoɁ rangki, nunguɁ diyaɁ.
Jadi ia ceritanya sudah menunggu di cabai, pohon cabai, menunggu di sana.
Jadi ceritanya si Kancil telah menunggu di pohon cabai.

  1. Jadi kata Beruang, a eh, pangan tum kata ia, anoeɁeɁ ngakal kami tadiɁ teh.
Jadi kata Beruang, eh orang ini tadi katanya, mengakali kami tadi.
“Eh, jadi orang ini tadi yang sudah mengakali kami”, kata Beruang.

  1. Eh nadaɁ oy, kata ia, nangkaɁ landuɁ banyaɁ serupa kata ia, aku tuɁ nunguɁ tamang Raja.
Eh bukan oy katanya, tidak semua kancil sama, saya ini menunggu tambang Raja.
“Eh, bukan oy, tidak semua Kancil sama, saya ini menunggu tambang Raja”, kata si Kancil.

  1. Tapi boleh ndaɁ aku tuɁ minta siket, kata ia.
Akan tetapi boleh tidak saya meminta sedikit katanya.
“Akan tetapi, boleh tidak saya meminta sedikit”, kata Beruang.

  1. Way ndaɁ bisa, aku lagi minta ijin dengan Raja luɁ, aku bejalan kata, aku minta ijin.
Way tidak bisa, saya akan meminta izin Raja terlebih dahulu, saya berjalan, saya meminta izin.
“Way tidak bisa, saya meminta izin Raja terlebih dahulu, saya akan berjalan untuk meminta izin” kata si Kancil.

  1. AmiɁ am kata ia kan.
Ambillah katanya.
“Ambillah”, kata si Kancil.




  1. Dimakan oleh Beruang nyaɁ, lalu ngerasa pedas aɁ, haah, haah, kata Beruang kan.
Dimakan oleh Beruang itu lalu merasa kepedasan, haaah…haaah, kata Beruang kan.
Beruang merasa kepedasan, “Haaah…haaah” kata beruang yang memakan cabai.

  1. Belari lagi ia, ketemu lagiɁ dengan si Kancil e tadiɁ teh.
Berlari lagi ia bertemu lagi dengan si Kancil tadi.
Beruang berlari dan ia bertemu lagi dengan si Kancil.

  1. Ikaw tum ngakal aku tadiɁ kata ia.
Kamu ini katanya mengakali saya tadi katanya.
“Kamu ini yang tadi mengakali saya” kata Beruang.

  1. Oy nadaɁ oy, kaɁ landuɁ banyaɁ serupa kata ia, aku tuɁ nunguɁ gong Raja kata ia.
Oy bukan oy, tidak semua kancil sama katanya, saya ini menunggu gong raja.
“Oy bukan oy, tidak semua kancil sama, saya ini menunggu gong raja” kata si Kancil.

  1. Boleh kah, kala aku, kala aku mangkong kata ia.
Bolehkah jika saya, jika saya memukulnya katanya.
“Bolehkan jika saya memukulnya”, kata Beruang.

  1. Eh ndaɁ bisa kata ia, harus mintaɁ ijin dengan Raja luɁ kata ia.
Eh tidak bisa katanya, harus meminta izin dengan raja terlebih dahulu katanya.
“Eh tidak bisa, harus meminta izin terlebih dahulu dengan raja” kata si Kancil.

  1. Han ia berangkat ngegaɁ Raja, padahal ja lari kan.
Ia berangkat mencari raja, padahal memang melarikan diri.
Si Kancil berangkat mencari raja, padahal ia memang melarikan diri.

  1. Pangkong am kata ia kan.
Pukullah katanya.
“Pukullah”, kata si Kancil.

  1. Pangkong ia, lalu kenaɁ sengat lagi Beruang, lalu waah..waah…kata ia kan.
Memukul ia, lalu terkena sengatan lagi beruang lalu waah…waah katanya.
Beruang memukul gong, lalu ia terkena sengatan lebah, “Waah…Waah” kata Beruang.

  1. Kancil dah nunguɁ di anoɁ teh lingkar ular tediɁ teh.
Kancil sudah menunggu di melingkar ular.
Kancil sudah menunggu di dekat ular yang sedang melingkar.

  1. Datang kiyaɁ.
Datanglah ke sana.
Datanglah Beruang ke sana.

  1. Pangan tum kata ia, anuɁeɁ ngakal ku tediɁ kata ia.
Orang ini katanya, mengakali saya tadi katanya.
“Orang ini yang tadi mengakali saya”, kata Beruang.

  1. Oy nadaɁ oy kata ia, aku tuɁ nunguɁ sorban Raja kata ia, jadi aku tuɁ ndaɁ bisa berangkat.
Oy tidak oy katanya, saya ini menunggu sorban raja katanya, jadi saya ini tidak bisa berangkat
“Oy tidak oy, saya ini menunggu sorban raja, saya ini tidak bisa berangkat”, kata Beruang.

  1. Boleh ndaɁ kata, aku minyam kata anoɁ Beruang tadiɁ.
Boleh tidak katanya saya meminjam kata beruang tadi.
“Boleh tidak saya meminjam?”, kata Beruang.

  1. NdaɁ bisa, aku harus minta ijin dengan Raja kata ia.
Tidak bisa, saya harus meminta izin dengan raja katanya.
“Tidak bisa, saya harus meminta izin dengan raja”, kata Beruang.

  1. Jadi dah bejalan la ia kan.
Jadi sudah berjalan lah ia.
Jadi si Kancil pun sudah berjalan.

  1. Pakay am, kata si Kancil dari jaoh kan.
Gunakanlah, kata si Kancil dari jauh.
“Gunakanlah”, kata si Kancil dari jauh.

  1. Lalu dilingkar oleh Ular, lalu abis digulung oleh Ular badan e tadiɁ kan, lalu ditolan e.
Lalu dilingkari oleh ular, lalu setelah itu digulung oleh ular badannya, lalu ditelannya.
Lalu  tubuh Beruang itu dilingkari dan digulung, kemudian ditelannya Beruang itu oleh ular.
















TERJEMAHAN BEBAS
Kisah Si Kancil
Pada suatu hari, ada sesorang Pak Tua bernama Raja Haji yang menanam ubi rambat di kebunnya. Akan tetapi, tiba-tiba si Kancil datang ke kebun Raja Haji tersebut. Si kancil lalu memakan daun ketela rambat si Raja Haji.
Raja Haji kemudian pergi ke kebun. Ia ingin mengambil daun ketela rambatnya. Lalu ia melihat tiba-tiba daun ketela rambatnya sudah dimakan si Kancil.
Raja Haji pun pulang ke rumah dan berpikir, “Bagaimana cara membunuh si Kancil karena si Kancil ini sering memakan daun ketela rambat saya?”
 Raja Haji berpendapat bahwa jika ia membuat jebakan, maka ia dapat menangkap si Kancil. Segeralah ia mengambil cangkul lalu membuat lubang dalam-dalam. Setelah lubang dibuat oleh Raja Haji, lalu  lubang ditutup menggunakan akar ketela rambat tadi pada bagian atas.
            Beberapa saat kemudian, datanglah si Kancil tadi ke kebun Pak Tua Raja Haji, si Kancil lalu memakan daun ketela rambat itu. Secara mendadak si Kancil pun masuk ke dalam lubang itu.
“Bagaimana cara saya keluar, jika saya tidak dapat keluar, maka saya akan dibunuh Raja Haji” kata si Kancil.
Akan tetapi si Kancil berpikir, “Lebih baik saya memanggil teman”, kata si Kancil, “Nyam, nyam, nyam”, kata si Kancil berpura-pura makan.
Datanglah seekor Gajah, “Hey, apa yang kamu makan di sana?”.
“Saya memakan hati tanah”, kata si Kancil.
“Oy minta oy sedikit”, kata si Gajah.
  “Oy tidak bisa, jika mau masuklah ke sini” kata si Kancil, masuklah si Gajah ke dalam lubang tadi.
“Kita berdua ini, terkena perangkap lubang Raja Haji, kita berdua ini akan dibunuh Raja Haji, tetapi kita berdua membuat sebuah siasat, kita akan memanggil mereka yang lain, lalu kita akan berpura-pura makan” kata si Kancil.
“Nyam, nyam, nyam” kata Gajah dan si Kancil tadi.
 Datanglah seekor Rusa ke  lubang itu. “Woy, apa yang kalian berdua lakukan di situ?”
“Memakan hati tanah”, kata si Kancil.
“Mintalah sedikit oy” kata Rusa.
“Oh tidak bisa, jika mau turunlah” kata si Kancil. Terjunlah Rusa ke dalam lubang tersebut.
“Kita ini terkena perangkap lubang Raja Haji” kata si Kancil. “Jika kita ini tidak menemukan solusi, kita akan dibunuh oleh Raja Haji, jadi kita harus memanggil lagi teman kita” kata si Kancil lagi.
Mereka bertiga terus saja berpura-pura makan, “Nyam, nyam, nyam”, mereka bertiga berkata. Kemudian  datang lagi Kijang.
“Woy apa yang kalian bertiga lakukan di situ?”
“Memakan hati tanah”, kata si Kancil.
“Minta oy”, kata Kijang.
“O tidak bisa, jika mau ikutlah ke sini” kata si Kancil.
Ikutlah lagi Kijang masuk ke dalam lubang. “Kita ini terkena perangkap lubang Raja Haji, maka kita buat siasat”, kata si Kancil. Mereka berpura-pura lagi, “Nyam, nyam, nyam, nyam”.
 “Apa yang kalian bertiga makan?” kata Kijang.
“Kami ini memakan hati tanah”, kata si Kancil.
“Minta sedikit oy” kata Kijang.
“O tidak bisa, jika mau masuklah ke sini”, kata si Kancil.
            Semua binatang sudah berkumpul dalam lubang jebakan Raja Haji hingga binatang yang kecil. “Kita ini bermusyawarah untuk menemukan solusi agar kita dapat keluar”, kata si Kancil.  “Jadi kita akan membuat tangga untuk naik ke atas, jika tidak, kita akan dibunuh Raja, Raja haji”, si Kancil berpendapat.  “Baikah”, mereka berkata.
            “Cuma, yang besar dibawah”, kata si Kancil.
Gajahlah yang berada di bawah. Setelah Gajah, kemudian Badak, Rusa, Kijang. Si Kancil kemudian  berada pada posisi paling atas, “Supaya ringan”, kata si Kancil.
            Mereka semua bersusun, setelah bersusun, si Kancil meloncat ke atas, si Kancil pun keluar.
“Ha udah kalian, kalian akan dimakan oleh Raja, saya tidak perlu membuat tangga”, kata si Kancil lari meninggalkan teman-temannya di dalam lubang.
            Jadi ceritanya si Kancil telah menunggu di pohon cabai.
“Eh, jadi orang ini tadi yang sudah mengakali kami”, kata Beruang.
“Eh, bukan oy, tidak semua Kancil sama, saya ini menunggu tambang Raja”, kata si Kancil.
“Akan tetapi, boleh tidak saya meminta sedikit”, kata Beruang.
“Wey tidak bisa, saya meminta izin Raja terlebih dahulu, saya akan berjalan untuk meminta izin” kata si Kancil. Setelah berlari lumayan jauh si Kancil mengeluarkan suara. “Ambillah”, kata si Kancil.     
Beruang merasa kepedasan, “Haaah…haaah” kata  Beruang  setelah ia  memakan cabai.
            Beruang berlari dan ia bertemu lagi dengan si Kancil.
“Kamu ini yang tadi mengakali saya” kata Beruang. 
“Oy bukan oy, tidak semua kancil sama, saya ini menunggu gong raja” kata si Kancil. 
“Bolehkan jika saya memukulnya”, kata Beruang. 
“Eh tidak bisa, harus meminta izin terlebih dahulu dengan raja” kata si Kancil. Si Kancil berangkat mencari raja, padahal ia memang melarikan diri. “Pukullah”, kata si Kancil. Setelah lumayan jauh berlari dari Beruang.
Beruang memukul gong, lalu ia terkena sengatan lebah, “Waah…Waah” kata Beruang.
Kancil sudah menunggu  di dekat ular yang sedang melingkar. Datanglah ke ular yang melingkar tadi si Beruang.
“Orang ini yang tadi mengakali saya”, kata Beruang.  
“Oy tidak oy, saya ini menunggu sorban raja, saya ini tidak bisa berangkat”, kata Beruang.
“Boleh tidak saya meminjam?”, kata Beruang.
“Tidak bisa, saya harus meminta izin dengan raja”, kata Beruang. Jadi ketika si Kancil sudah berjalan lumayan jauh ia pun bersuara.
“Gunakanlah”, kata si Kancil dari jauh. Lalu  tubuh Beruang itu dilingkari dan digulung, setelah itu ditelannya Beruang oleh ular yang melingkar itu.


















LAMPIRAN

Nama Pencerita                                               :   H. Tajul Aripin
Tempat, Tanggal Lahir                                    :   Kerangan Purun, 4 Mei 1952
Pekerjaan                                                         :   Swasta
Alamat                                                              : Jalan Provinsi, gang H. Tajul Aripin, Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi
Tanggal dan Tempat Perekaman Cerita           :   26 Desember 2013 di Kediaman H. Tajul Aripin di Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi
Waktu Perekaman Cerita                                :   Pukul 19. 17 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger