JENIS-JENIS PERUBAHAN MAKNA
Diajukan sebagai
Syarat Memenuhi Tugas Kelompok Mata
Kuliah Semantik
Dosen Pengampu
Dra. Amriani
Amir, M.Hum./Dra. Sesilia Saman, M.Pd.
oleh
Kelompok
XIII Kelas IV A Reguler A
Wawan
Ade Putra NIM F11111018
Anggi
Windi Asih NIM F11111023
Indah
Wulandari NIM F11111045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
KATA
PENGANTAR
Segala
ucapan syukur hanya untuk Tuhan Yang Maha Esa karena kasih sayangnya kami masih
diberi kesehatan untuk dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Semantik. Tugas
ini merupakan tugas terstruktur kelompok. Kami berharap pembuatan tugas kami
dalam bentuk makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Makalah
kami berisi tentang Jenis-Jenis Perubahan Makna. Jenis-jenis Perubahan Makna
dalam makalah kami ini kami susun berdasarkan literatur buku dalam bidang
Semantik ditambah beberapa literatur yang kami peroleh dari media internet.
Pembuatan makalah kami ini juga berdasarkan hasil diskusi kelompok kami yaitu
Kelompok XIII.
Terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Semantik, Dra. Amriani Amir, M.Hum. dan
Dra. Sesilia Saman, M.Pd. Oleh karena bimbingan dan pengarahan dari Ibu
makalah ini dapat tersusun. Terima kasih juga kami ucapkan pada
teman-teman kelas IV A Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, karena telah
memberi dukungan serta bantuan untuk kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Segala
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah-makalah kami selanjutnya.
Pontianak,
Mei 2013
Kelompok
XIII
i
|
DAFTAR ISI
halaman
Kata Pengantar......................................................................................................
i
Daftar
Isi...............................................................................................................
ii
Bab
I Pendahuluan................................................................................................
1
A. Latar
belakang...........................................................................................
1
B. Permasalah.................................................................................................
1
Bab
II Pembahasan .............................................................................................. 2
A. Perubahan Makna Bersifat Meluas............................................................
2
B. Perubahan Makna Bersifat Menyempit..................................................... 4
C. Perubahan Makna Bersifat Total............................................................... 5
D. Perubahan Makna Bersifat Penghalusan (Eufemisme).............................. 6
E. Perubahan Makna Bersifat Pengasaran..................................................... 7
Bab
III Penutup.................................................................................................... 10
A. Kesimpulan................................................................................................ 10
Daftar
Pustaka....................................................................................................... 12
ii
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia. Seperti halnya
manusia yang terus mengalami perkembangan peradaban, bahasa sebagai alat
komunikasi juga terus mengalami perkembangan. Hal ini menjadi wajar karena baik
manusia maupun bahasa tidak statis. Keduanya merupakan hal yang bersifat
dinamis.
Kedinamisan ini menyebabkan banyak perubahan seiring
waktu. Manusia berkomunikasi tiap zaman sesuai dengan perkembangan kehidupan,
yang pada akhirnya juga mengubah bahasa yang manusia gunakan. Oleh karena itu,
perkembangan manusia dan perkembangan bahasa selalu bersifat linear.
Perubahan dalam aspek kebahasaan ini menyangkut perubahan
makna. Perubahan makna ini tidak semua bersifat umum. Ada kata yang mengalami
pengkhususan, perubahan total, dan sebagainya. Segala perubahan ini pada
akhirnya semakin menunjukkan eksistensi bahasa di tengah pola komunikasi
manusia yang merupakan makhluk sosial dan selalu berkomunikasi dengan
lingkungan sekitarnya.
B.
Masalah
Permasalahan yang kami bahas dalam makalah kami ini di
antaranya :
1.
Bagaimana
para ahli memandang perubahan bahasa?
2.
Apa
saja klasifikasi jenis perubahan makna menurut Chaer?
3.
Bagaimana
klasifikasi perubahan makna menurut Aminuddin?
1
|
BAB
II
PEMBAHASAN
Lebih
70 tahun yang lalu, Edward Sapir memperkenalkan konsep baru yang berharga ke
dalam linguistik. Ia menulis :
“Bahasa bergerak terus sepanjang waktu membentuk dirinya
sendiri. Ia mempunyai gerak mengalir....tak satu pun yang sama sekali statis.
Tiap kata, tiap unsur gramatikal, tiap bahasa, bunyi dan aksen merupakan
konfigurasi yang berubah secara pelan-pelan, dibentuk oleh getar yang tidak
tampak dan impersonal, yang merupakan hidupnya bahasa”. (Stephen Ullmann, diadaptasi oleh Sumarsono :
2012 : 247).
Hal
ini sesuai dengan pendapat Chaer, ia menjelaskan bahwa satu
di antara sifat bahasa yaitu
sangat dinamis, sehingga sebuah bahasa
biasanya tumbuh
dan berkembang mengubah
makna, baik menglobal atau juga sebaliknya. Menurut Abdul Chaer (2009: 140),
jenis – jenis perubahan makna dibagi menjadi lima, yaitu perubahan makna yang
sifatnya menghalus,perubahan makna yang sifatnya meluas, perubahan makna yang
sifatnya menyempit, perubahan makna yang sifatnya halus, perubahan yang
sifatnya mengasar, dan perubahan yang sifatnya
total.
Hal
serupa mengenai kedinamisan bahasa diungkapkan oleh Mansoer Pateda yang
menganggap perubahan bahasa akibat dari bahasa yang dinamis sesuai dengan sifat
manusia. Perubahan makna yang menampak dalam kata-kata adalah akibat
perkembangan kebutuhan manusia sebagai pemakai bahasa (Pateda : 2010 : 160).
A. Perubahan Makna Bersifat Meluas
2
|
3
|
1. Saudara
saya hanya dua orang.
Makna saudara pada kalimat ini adalah ‘sekandungan’.
2. Surat Saudara
sudah saya terima.
Makna saudara pada
kalimat ini adalah orang yang mengirimkan surat.
3. Sebetulnya dia masih saudara saya, tapi sudah agak jauh.
Maknasaudara pada kalimat ini adalah keluarga
4. Bingkisan
untuk saudara-saudara
kita di Timor Timur.
Makna saudara-saudara pada kalimat ini adalah orang-orang yang tinggal di Timor Timur.
5. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,
marilah…
Makna saudara – saudara pada
kalimat ini adalah orang – orang yang sebangsa dan setanah air.
Kemudian,
ada juga contoh perubahan makna yang bersifat meluas lainnya. Contohnya:
Kata
petani dulu dipakai untuk seseorang
yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi
sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan
pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata
petani meluas penggunaannya.
Contoh
selanjutnya adalah pada kata baju. Sebenarnya pada mulanya hanya bermakna
‘pakaian sebelah atas dan pinggang sampai ke bahu’ seperti pada frasa baju
batik, baju safari, baju lengan panjang, dan sebagainya. Namun, pada kalimat
murid-murid memakai
baju seragam, kata baju pada kalimat ini maknanya berubah dan meluas menjadi celana,
baju, topi, dasi, dan sepatu. Begitu juga halnya dengan frasa baju olahraga,
baju dinas, dan baju militer.
4
|
1. Persija
tidak berhasil mencetak satu gol pun.
Makna mencetak pada
kalimat ini adalah ‘membuat’ atau ‘menghasilkan’.
2. Pemerintah
akan mencetak sawah – sawah baru
Makna meencetak pada
kalimat ini adalah ‘membuat’
3. Kabarnya
dokter dapat mencetak uang dengan mudah
Makna mencetak pada kalmat ini
adalah ‘memperoleh’, ‘mencari’, atau
‘mengumpulkan’
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa setiap kata akan berubah maknanya sesuai dengan kata
yang mengikutinya dalam bentuk tekstual. Hal
yang perlu diperhatikan adalah bahwa makna-makna lain yang terjadi sebagai hasil
perluasan itu masih berada dalam lingkup poliseminya, sehingga makna-makna itu masih ada hubungannya dengan
makna asalnya.
B.
Perubahan
Makna Bersifat Menyempit
Yang
dimaksud dengan perubahan makna yang menyempit adalah gejala yang terjadi pada
sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah
menjadi terbatas hanya pada sebuah makna. Misalnya pada kata sarjana yang semulanya berarti ‘orang
pandai’ atau ‘cendekiawan’ kemudian
hanya berarti ‘orang yang lulus kuliah atau perguruan tinggi’,
seperti yang tampak pada sarjana sastra, sarjana ekonomi, dan sarjana apapun. Contoh
lainnya adalah pada kata ahli yang
awal mulanya berarti ‘orang yang termasuk dalam satu kehidupan keluarga’, dan
juga ahli kubur yang bermakna ‘orang-orang
yang sudah dikubur’. Kini, kata ahli sudah menyempit maknanya karena hanya
bermakna ‘orang yang
5
|
Begitu
juga dengan kata pendeta, yang makna aslinya adalah orang yang berilmu. Dalam
bahasa Malaysia masih ada sisanya, yaitu Za’ba, seorang tokoh penulis tata
bahasa Melayu yang sering disebut sebagai pendeta bahasa. Namun, dalam bahasa
Indonesia kata pendeta sudah menyempit maknanya menjadi ‘guru agama kristen’.
C.
Perubahan
Makna Bersifat Total
Yang
dimaksud dengan parubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata
dan makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih
ada sangkut pautnya makna asal, tapi sangkut pautnya ini tampak sudah jauh
sekali. Misalnya, kata ceramah
awalnya bermakna ‘cerewet’ atau ‘banyak cakap’, tapi kini berarti ‘pidato atau
uraian’ mengenai suatu hal yang disampaikan di depan orang banyak. Contoh lain, pada kata seni yang pada mulanya selalu dihubungkan denga air seni atau
kencing. Namun, kini digunakan sepadan dengan makna kata Belanda kunst atau
kata Inggris art, yaitu untuk memaknai
karya aau ciptaan yang bernilai halus. Misalnya, digunakan dalam frasa seni
lukis, seni tari, seni suara, dan seni ukir. Juga
kata pena yang pada mulanya berarti
‘bulu’. Kini maknanya sudah berubah
total karena kata pena bermakna ‘alat tulis yang menggunakan tinta’. Hal ini
berdasarkan sejarah yang dulunya orang
menulis dengan tinta menggunakan bulu ayam atau bulu angsa sebagai alatnya
sedangkan bulu dalam bahasa Sanskerta disebut pena.
Kata
canggih dengan makna seperti yang digunakan sekarang ini merupakan contoh lain
dari kata-kata
yang maknanya telah berubah secara total. Dalam kamus Poerwadarminta, kamus
Sutan Mohammad Zain, dan kamus Pusat Bahasa (yang tergolong baru, terbit 1983)
kata canggih adalah bermakna ‘banyak
cakap’, ‘bawel’, ‘cerewet’. Tidak ada makna seperti ini yang kita dapati dalam
fras peralatan canggih, teknologi canggih, dan mesin – mesin canggih. Namun,
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata canggih dengan makna seperti
itu telah dimuat.
D.
6
|
Dalam
pembicaraan makna kata yang meluas, menyempit atau berubah secara total, kita
berhadapan dengan sebuah kata atau sebuah bentuk yang tetap. Hanyakonsep makna mengenai
kata atau bentuk itu yang berubah. Dalam pembicaraan mengenai penghalusan ini,
kita berhadapan dengan gejala
ditampilkannya kata-kata
atau bentuk-bentuk
yang dianggap memiliki makna yang lebih halus, atau lebih sopandaripada yang
akan digantikan. Kecenderungan untuk menghaluskan makna kata tampaknya
merupakan gejala umum dalam masyarakat bahasa Indonesia. Misalnya kata penjara atau bui diganti dengan kata/ungkapan yang maknanya dianggap lebih halus
yaitu Lembaga Pemasyarakatan. Kata korupsi
diganti dengan menyalahgunakan jabatan,
kata pemecatan (dari pekerjaan)
diganti dengan pemutusan hubungan
kerja (PHK), kata babu diganti dengan pembantu rumah tangga dan kini diganti
lagi menjadi pramuwisma. Kata kenaikan
harga diganti dengan perubahan harga atau penyesuaian tarif, atau juga
pemberlakuan tarif baru.
Gejala
penghalusan makna ini bukan barang baru dalam masyarakat Indonesia. Orang-orang dulu yang karena kepercayaan atau
sebab-sebab lainnya
akan mengganti kata buaya atau harimau dengan kata nenek, mengganti kata uar dengan kata akar
atau oyod. Lalu, pada tahun lima puluhan pun banyak usaha dilakukan untuk
penghalusan ini. Misalnya buta
diganti dengan tuna netra, tuli diganti dengan tuna rungu, dan gelandangan diganti dengan tuna wisma.
E.
7
|
Sama
halnya dengan jenis perubahan makna yang pertama dan yang kedua yang saling
berlawanan, yaitu perubahan makna bersifat meluas dan menyempit, maka pada
jenis perubahan makna
yang keempat dan kelima pun saling berlawanan, yaitu jenis perubahan makna
bersifat penghalusan dan perubahan makna bersifat pengasaran. Perubahan makna
bersifat pengasaran (disfemisme), yaitu usaha untuk mengganti kata yang
maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau
gejala pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak ramah
dan untuk menunjukkan kejengkelan. Misalnya, pada kata masuk kotak dipakai
untuk mengganti kata kalah seperti dalam kalimat Liem Swie King sudah masuk
kotak, kata mendepak dipakai untuk mengganti kata mengeluarkan seperti dalam
kalimat ‘Dia
berhasil mendepak bapak A dari
kedudukannya’.
Begitu
juga dengan kata menjebloskan yang dipakai untuk menggantikan kata
memasukkan seperti dalam kalimat “Polisi menjebloskannya ke dalam sel”.Namun,
banyak juga kata yang bernilai kasar yang sengaja digunakan untuk lebih memberi tekanan, tetapi tanpa terasa kekasarannya. Misalnya, kata menggodol yang biasa dipakai untuk
binatang seperti anjing menggodol tulang,
tetapi digunakan seperti dalam kalimat “akhirnya
regu bulu tangkis kita berhasil menggondol pulang piala Thomas Cup itu”. Juga
kata mencuri yang dipakai dalam
kalimat “kontingen Suriname berhasil mencuri satu medali emas
dari kolam renang”
padahal sebenarnya perbuatan mencuri aalah suatu tindakan kejahatan yang dapat
diancam hukuman penjara. Selain itu, ada juga kata biniyang bermakna istri yang pada masa lampau dianggap baik, tetapi
sekarang dirasakan kasar. Kata kabur
juga dianggap baik pada masa lampau yang bermakna lari, tetapi sekarang dirasakan
kurang baik hingga diganti menghilang.
8
|
Perubahan makna dapat pulamenyempit, yakni apabila makna suatu kata semakin memiliki
spesifikasi ataupun spesilisasi. Kata guru misalnya, pada mulanya dapat
diartikan “pembimbing rohani”, “pengajar silat”, sehingga dikenal pula kata
“peguron”, akhirnya memiliki pegertian khusus “pengajar di sekolah” sebagai
satu di antara bidang profesi.
Makna kata menurut Aminuddin, dapat pula mengalami
pergeseran akibat adanya sikap dan penilaian tertentu masyarakat pemakainya.
Dalam hal ini makna kata dapat mengalami adanya degradasi atau penyorasi,
yakni apabila makna suatu kata akhirnya dianggap memiliki nilai rendah atau
konotasi negatif. Kata ngamar semula mengandung makna “berada di kamar”, tetapi
akhirnya dapat mengandung pengertian negatif sehingga pemakaiannya pun berusaha
dihindari. Perubahan akibat adanya sikap dan penilaian tertentu masyarakat
pemakainya ini selanjutnya elevasi atau
ameliorasi, yakni bila suatu kata
memiki makna yang memiliki nilai maupun konotasi lebih baik dari makna
sebelumnya. Kata yang mengalami elevasi misalnya, kata gambaran yang semua
hanya mengandung makna “hasil kegiatan menggambar” kini akhirnya kata ini memiliki makna
“pembayangan secara imajinatif”.
9
|
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Abdul Chaer
(2009: 140), jenis – jenis perubahan makna dibagi menjadi lima, yaitu perubahan
makna yang sifatnya menghalus,perubahan makna yang sifatnya meluas, perubahan
makna yang sifatnya menyempit, perubahan makna yang sifatnya halus, perubahan yang
sifatnya mengasar, dan perubahan yang sifatnya
total.
a.
Perubahan Makna Bersifat Meluas, yang dimaksud dengan perubahan makna meluas adalah gejala
yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki
sebuah ‘makna’, tetapi kemudian karena
berbagai faktor, menjadi memiliki makna-makna
yang lain.
b.
Perubahan Makna Bersifat Menyempit, yang dimaksud dengan perubahan makna yang
menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya
mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada
sebuah makna.
c.
Perubahan Makna Bersifat Total, yang dimaksud dengan parubahan total
adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dan makna asalnya. Memang ada
kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya makna asal,
tapi sangkut pautnya ini tampak sudah jauh sekali.
d.
Perubahan Makna Bersifat Penghalusan
(Eufimisme), pada perubahan
makna ini kita berhadapan
dengan gejala
ditampilkannya kata-kata
atau bentuk-bentuk
yang dianggap memiliki makna yang lebih halus, atau lebih sopandaripada yang
akan digantikan. Kecenderungan untuk menghaluskan makna kata tampaknya
merupakan gejala umum dalam masyarakat bahasa Indonesia.
10
|
e.
11
|
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2011. Semantik : Pengantar Studi Tentang Makna.
Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Chaer, Abdul. 2009. Semantik : Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka
Cipta.
Ulmann, Stephen, diadaptasi
oleh Sumarsono. 2012. Pengantar Semantik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Wawan,
Arwani. 2013. Perubahan Makna Bahasa
Indonesia. (online). (http://edukasi.kompasiana.com/2013/6/5/perubahan
makna bahasa Indonesia.html, diunduh 6 Mei 2013).
12
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar